Penduduk RI Yakin Pendapatan Naik 10%
VIVAnews - Hasil survei konsumen Credit Suisse Indonesia menunjukkan 29 persen dari pengeluaran anggaran rumah tangga digunakan untuk makanan.
"Keinginan (melakukan) pengeluaran menunjukkan permintaan yang relatif kuat dan berkelanjutan terhadap kebutuhan pokok," kata Research Analyst Credit Suisse, Arief Wana, dalam video conference di Jakarta, Senin 17 Januari 2011.
Meski pendapatan masyarakat Indonesia merupakan yang terendah di antara negara di pasar sedang berkembang (emerging market), hasil survei menunjukkan rumah tangga Indonesia optimistis terjadi peningkatan pendapatan dalam 12 bulan ke depan.
"Sekitar 96 persen dari responden optimistis akan mendapatkan peningkatan pendapatan. Sementara itu, 56 persen di antaranya percaya pendapatan mereka akan naik 10 persen," ujar dia mengutip hasil survei.
Ia menambahkan, pertumbuhan pendapatan tertinggi terjadi di luar Pulau Jawa. Rata-rata penghasilan di luar Jawa mencapai Rp2,84 juta per bulan, sedangkan di Pulau Jawa sekitar Rp2,4 juta.
Namun, masyarakat di luar Pulau Jawa menyimpan uang lebih banyak ketimbang membelanjakannya. Hasil survei memaparkan penghasilan yang disimpan rata-rata mencapai Rp0,52 juta per bulan di luar Jawa. Sementara itu, masyarakat di Pulau Jawa hanya menyimpan dengan rata-rata Rp0,24 juta per bulan.
Survei itu dilakukan kepada 1.559 responden di 10 kota besar. Sebanyak 55 persen responden merupakan perempuan. Ekspektasi responden terhadap kenaikan pendapatan tahun ini mencapai 42 persen di antara negara emerging market atau menempati posisi ketiga setelah Brasil dan China.
Credit Suisse juga menyimpulkan 56 persen responden berkeinginan untuk melakukan pembelian yang besar seperti properti dan kendaraan. Tingkat penetrasi properti masyarakat Indonesia mencapai 70 persen. Hasil survei itu menunjukkan 40 persen responden akan meningkatkan kualitas rumah mereka.
"Ini kemudian menjadikan 80 persen konsumsi semen beralih ke perumahan," tuturnya.
Dengan tingkat pinjaman yang hanya 33 persen akan mendorong permintaan hingga 49 persen. "Penetrasi masyarakat Indonesia terhadap bank dan finansial sistem masih rendah, sehingga ada potensi bagi perbankan untuk memperbesar porsi kredit," kata Arief.
Meski tingkat inflasi mengancam, Arief optimistis hal itu tidak akan terlalu berpengaruh. Tingkat kemampuan orang Indonesia untuk belanja (spending) masih tinggi. "Jika inflasi masih terjaga single digit, masih aman untuk Indonesia," ujar analis Credit Suisse Teddy Oetomo.
Adapun perusahaan yang dapat mengambil keuntungan dari situasi ini antara lain PT Astra International Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT Semen Gresik Tbk. (sj)
Kalau bisa setiap tahun gaji naik.. dan kebutuhan menurun...